I.
Pentugas pertemuan 2
gorganisasian strultur managemen
a. Definisi
Pengorganisasiaan pengorganisasianmerupakan fungsi keduadalam
managemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan
lingkkungannya hasil dari pengorganisasian adalah struktur organissasi
b. Pengorganisasian
sebagai fungsi managemen
Dilihat dari
fungsi management itu sendiri adalah
untuk mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien. Jadi untuk
mewujudkannya diperlukan pengorganisasian yang baik didalamnya agar
terstruktur, dan dapat menuju tujuan yang diharapkan suatu organisasi.
II.
Actuating dalam managemen
a. Devinisi
actuating
Menurut George R. terry
(1986) mengemukaakn bahwa actuating metupakan usaha-usaha
menggerakananggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeiinginan
dan berusahauntuk mencapai sasarn perusahan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut.
b. Pentingnya
actuanting
Fungsi utama dari
actuating adalah menekankan pada kegiatan yang berhubunganlangsung dengan semua
orang dlam suatu organisasiperencanaan dan pengorganisasian yang baik sangat
dibutuhkan dlam organisasi khussunya sumber daya manusia yang sadar akan
pekerjaannya dan actuating lah yang mendorong dan membangun kesadaran itu.
c. Prinsip
actuating
Menurut Kurniawan
(2009) prinsip-sprinsip dalam actuating antara lain:
1. Memperlukan
pegawai sebaik-baiknya
2. Mendorong
pertumbuhan dan perkembangan manusia
3. Menanamkan
kepada manusia keinginan untuk melebihi
4. Menghargai
hasil yang baik dan sempurna
5. Mengusahakan
adanya keadilan tanpa pilih kasih
6. Memberikan
kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
7. Memberikan
dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
III.
Mengendalikan fungsi managemen
a. Devinisi
controlling
Menurut Usury dan
Hammer (1994) controling merupakan sebuah usaha sistematik dari management
untuk mecapai tujuan dengan membandingkan kinerja dengan rencana awal kemudian
melakukan langkah-lanhkah perbaikan terhadap perbedaan-perbedaan penting dari
keduannya.
Sedangkan menurut Harold
Koontz pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan agar rencana-rencana yang telah
dibuat sebelumnya dapat terlaksana.
b. Langkah-langkah
dalam control
Ada lima
langkah-langkah conytoling diantaranya:
1. Menentukan
standar-standar yang akan digunakan sebagai
dasar pengendalian
2. Mengukur
pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai
3. Membandingkan
pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan penyimpangan jika ada
4. Melakukan
tindakan perbaikan jiak terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
tercapai sesuai dengan rencan
5. Meninjau
dan menganalisis ulang rencana, apakah sudah benar-benmar realistis atau tidak.
c. Kontrol
sebagai fungsi managemen
Controlling bsangat penting untuk manajement karena jika
tidak ada controlling maka fungsi manajemen yang mana untuk mewujudkan tujuan
perusahaan yang efektif tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak adanya
standar-standar yang aka digunakan sebagai dasar pengendalian, evaluasi. Oleh
karena itu untuk menjadikan manajement yang baik kita harus melakukan
controlling sebaik mungkin agar dapat mencapai tujuan perusahaan dengan baik.
IV.
Motivasi
a. Definisi motivasi
Motivasi adalah suatu
proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendoring seseorang untuk melakukan
serangkaian kegiatan yang mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Tujuannya
yang jikaberhasil dicapai akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut.
b. Definisi
motivasi kerja
Motivasi kerja adalah
sesuatau yang menciptakan semangat kerja seorang pekerja termasuk disalamnya kata-kata
pembangkit penyemangat.
c. Teori-teori
motivasi
Ada beberapa teori dari
beberapa tokoh yaitu:
1. Teori
motivasi isi
a. Teori
tata tingkat -kebutuhan
Teori tata
tingkat-kebutuhan dari Maslow mungkin teori motivasi kerja ynag paling luas
dikenal. Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar
yang bersinambun gan. Jika suatau kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan
tersebut diganti dengan kebutuhan lain. Proses berkeinginan secara nonstop
memotivasi kita sejak lahir sampai meninggal.
b. Teori
Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori motivasi ini
terkenal dengan teori motivasi ERG sebagai singkatan dari existence(kebutuhan eksistensi),
relatedness (kebutuhan hubungan),
growth needs ( kebutuhan pertumbuhan)
, dikembangkan oleh Alderfer, dan merupaka
suatu modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow.
c. Teori
dua factor
Teori dua factor juga
dinamakan teori hygiene –motivasi
dikembangkan oleh Herzber. Ia menemukan bahwa factor-faktor yang menimbulkan
kepuasan kerja berbeda dengan factor-faktor yang tidah menimbulkan
kepuasan kerja, yang ia namakan fakyor motivator, mencangkup
factor-faktir tang berkaitan dengan sisi dari pekerjaan, yang merupakan factor
intrinsic dari kerjaan yaitu tanggung jawab, kemajuan,pekerjaan itu sendiri,
capaian pengakuan
d. Teori motivasi berprestasi
Teori motivasi
berprestasi dikembangkan oleh David McClelland, teori ini bukan hanya meneliti
tentang kebutuhan untuk berprestasi tapi juga kebutuhan untuk berkuasa dan
berhubungan
2. Teori
Motovsi Proses
a. Teori
pengukuhan
Teori pengukuhan
berhubungan dengan teori belajar operant
conditioning dari Skinner. Teori ini
mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan
jawaban-jawaban yang benar dan aturan pokok lainnya yang berhubungan dengan
jawaban-jawaban yang salah
b. Teori
penetapan tujuan
Locke mengusulkan model
kkognitif yang dinamakan teori tujuan yang mencoba menjelaskan
hubungan-hubungan antara niat dan
perilaku.
c. Teori harapan
Model harapan dari
Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya motivasi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut: indeks motivasi= jml(E-P)Xjml(P-O)(V)}}
d. Teori
keadilan teori ini dikembangkan oleh Adams bersibuk diri dengan member batasan
tentang apa yang dianggap adil atau wajar oleh orang dalam suatu kebudayaan.
V.
Kepuasan kerja
a. Definisi
kepuasan kerja
Adapun
definisi kepuasan kerja menurut para
ahli adlaah sebagai berikut:
Menurut Maribot Tua Efendi (2002) kepuasan kerja didefinisikan
dengan hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif
berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya.
Adapun Stephen Robbins (2003) istilah kepuasan kerja merujuk
kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada umumnya apabila orang
berbicara mengenai sikap karyawan, lebih
sering mereka memaksudkan kepuasan kerja.
Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006) kepuasan kerja
adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi antara keduanya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah sejauhmana seseorang nyaman dengan
pekerjaannya dan mencintai pekerjaannya
sehingga menunjukan kinerja yang meningkat dan positif.
b. Aspek-aspek
kepuasan kerja
Menurut Robbins (1996) ada lima aspek
kepuasan kerja, yaitu:
1. Kerja
yang secara mental menantang
Karyawan
cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi
mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan
mereka
dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai
betapa
baik mereka mengerjakan tugas tersebut.
2. Ganjaran
yang pantas
Para
karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi
yang
mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka. Bila
upah
dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan
individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar
akan
mengahsilkan kepuasan.
3. Kondisi
kerja yang mendukung
Karyawan
perduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi
maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi
memperagakan
bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang
tidak
berbahaya. Seperti temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor
lingkungan
lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.
4. Rekan
kerja yang mendukung
Karyawan
akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi
yang
berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga
mengisi
kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu sebaiknya
karyawan
mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung. Hal ini
penting
dalam mencapai kepuasan kerja.
5. Kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan
Pada
hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan
yang
mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan kemampuan
yang
tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.
c. Factor-faktor
penentu kepuasan kerja
Faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja ada banyak, namun secara
umum
Greenberg dan Baron (1995) membaginya ke dalam dua kelompok besar,
yaitu
faktor-faktor yang berkaitan dengan individu dan faktor-faktor yang
berhubungan
dengan organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor-faktor
yang berkaitan dengan individu
Faktor-faktor
yang berkaitan dengan individu adalah faktor-faktor yang
berasal
dari dalam diri individu, yang membedakan antara satu individu
dengan
individu yang lain, yang menentukan tingkat kepuasan kerja yang
dirasakan.
Faktor-faktor dari diri individu yang mempengaruhi tingkat
kepuasan
kerja adalah:
a. Kepribadian
Yang
termasuk kepribadian di sini adalah cara individu berfikir,
bertingkah
laku, dan memiliki perasaan. Kepribadian merupakan
determinan
pertama bagaimana perasaan dan pikiran individu terhadap
pekerjaannya
dan kepuasan kerja yang dirasakan individu. Kepribadian
individu
mempengaruhi positif atau negatifnya pikiran individu terhadap
pekerjaannya.
b. Nilai-nilai
yang dimiliki individu
Nilai
memiliki pengaruh pada kepuasan kerja karena nilai dapat
merefleksikan
keyakinan dari pekerja, mengenai keluaran dari pekerjaan
dan
bagaimana seseorang bertingkah laku dalam pekerjaannya.
c. Pengaruh
sosial dan kebudayaan
Sikap dan tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya,
termasuk pengaruh dari orang lain dan kelompok tertentu.
Individu
yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat kesejahteraan
hidup
yang tinggi cenderung untuk merasa tidak puas terhadap pekerjaan
yang
memiliki penghasilan atau gaji yang rendah dan tidak sesuai dengan
standar
kehidupannya.
Kebudayaan
yang ada di lingkungan dimana individu tinggal juga
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja
yang
dirasakan oleh individu. Individu yang tinggal di lingkungan yang
menekankan
pada kekayaan akan merasa puas dengan pekerjaan yang
memberikan
upah/gaji yang tinggi. Sedangkan individu yang tinggal di
lingkungan
yang menekankan pada pentingnya membantu orang lain akan merasa tidak puas pada
pekerjaan yang menekankan pada kompetisi danm prestasi.
d. Minat
dan penggunaan keterampilan
Minat
sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Artinya bila individu
bekerja
pada bidang kerja yang sesuai dengan minatnya maka individu
tersebut
akan merasa puas bila dibandingkan dengan individu yang bekerja
e. Usia
dan pengalaman kerja
Hubungan
antara kepuasan kerja, pengalaman kerja dan usia biasanya
merupakan
hubungan yang paralel. Biasanya, pada awal bekerja para
pekerja
cenderung merasa puas dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan
karena
para pekerja baru tersebut merasa adanya tantangan dalam bekerja
dan
mereka mempelajari keterampilan-keterampilan baru. Namun, setelah beberapa
tahun bekerja biasanya para pekerja akan mengalami penurunan tingkat kepuasan
kerja. Hal ini disebabkan karena mereka mengalami stagnansi, merasa dirinya
tidak maju dan berkembang. Namun setelah enam atau tujuh tahun bekerja biasanya
tingkat kepuasan kerja akan kembali meningkat. Hal tersebut terjadi karena
individu merasa sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang pekerjaannya
dan sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan lingkungan
kerjanya.
Usia
memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Pekerja
yang
lebih tua umumnya merasa lebih puas dibandingkan dengan para
pekerja
yang lebih muda usianya. Seorang pekerja yang mencapai usia 30
tahun
mempunyai tingkat kepuasan kerja yang meningkat. Hal tersebut
terjadi
karena biasanya pekerja pada usia tersebut sudah merasa puas
dengan
kondisi keluarganya dan keuangan yang dimilikinya.
f. Jenis
kelamin
Penelitian-penelitian
sebelumnya menemukan hubungan antara kepuasan
kerja
dengan jenis kelamin, walaupun terdapat perbedaan hasil. Ada yang
menemukan
bahwa wanita merasa lebih puas dibandingkan pria, dan ada
juga
yang sebaliknya. Terdapat indikasi bahwa wanita cenderung
memusatkan
perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dengan pria. Selain itu terdapat
perbedaan pria dan wanita, sehingga antara pria dan wanita terdapat perbedaan
arti pentingnya perbedaan.
g. Tingkat
Inteligensi
Inteligensi
seseorang bukan merupakan faktor utama dan menentukan
kepuasan
kerja, namun berhubungan erat dan menjadi faktor yang penting
dalam
unjuk kerja. Dalam pekerjaan, terdapat asosiasi antara tingkat
inteligensi
(IQ) dengan efisiensi unjuk kerja dan kepuasan kerja
h. Status
dan senioritas
Pada
umumnya semakin tinggi posisi seseorang pada tingkatan dalam
organisasi,
maka semakin orang tersebut mengalami kepuasan kerja. Hal
ini
dikarenakan orang dengan status lebih tinggi biasanya lebih menikmati pekerjaanya
dan imbalan yang didapatnya dibandingkan dengan pekerjaan yang memiliki
tingkatan yang lebih rendah.
2. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan organisasi
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang
berhubungan dengan organisasi
adalah
faktor dari dalam organisasi dan dari lingkungan organisasi yang
mempengaruhi
kepuasan kerja individu. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Situasi
dan kondisi pekerjaan
Yang
dimaksud dengan situasi pekerjaan di sini adalah tugas dari
pekerjaan,
interaksi dengan orang-orang tertentu, lingkungan pekerjaan,
dan
cara organisasi memperlakukan pekerjanya, serta imbalan atau gaji
yang
didapat
b. Sistem
imbalan
Sistem
ini mengacu pada bagaimana pembayaran, keuntungan, dan
promosi
didistribusikan. Kepuasan dapat timbul dengan penggunaan
sistem
imbalan yang dipercaya adil, dengan adanya rasa hormat terhadap
apa
yang diberikan oleh organisasi dan mekanisme yang digunakan untuk
menentukan
pembayaran. Ketidakpuasan kerja dapat muncul karena gaji
yang
diterima terlalu kecil dibandingkan dengan gaji yang dipersepsikan
akan
diterima.
c. Penyelia
dan komunikasi
Penelitian
terdahulu menemukan hasil bahwa pekerja yang percaya bahwa penyelia mereka
adalah orang yang kompeten, mengetahui minat mereka, perhatian, tidak
mementingkan diri sendiri, memperlakukan mereka dengan baik dan menghargai
mereka, cenderung akan mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi pula.
.
d. .
Pekerjaan
Pekerja
akan merasa lebih puas bila dipekerjakan pada jenis pekerjaan
yang
menarik, memberikan kesempatan belajar, dan pemberian tanggung
jawab.
e. Keamanan
Faktor
keamanan berhubungan dengan kestabilan dari pekerjaan dan
perasaan
yang dimiliki individu berkaitan dengan kesempatan untuk
bekerja
di bawah kondisi organisasi yang stabil.
f. Kebijaksanaan
perusahaan
Kebijaksanaan
perusahaan sangat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawannya
karena perusahaan memiliki prosedur dan peraturan yang
memungkinkan
individu untuk memperoleh imbalan. Selain itu individu
yang
mempunyai konflik peran atau peran yang ambigu dalam
pekerjaannya
karena keijaksanaan perusahaan cenderung untuk merasa
tidak
puas.
g. Aspek
sosial dari pekerjaan
Aspek
sosial dari pekerjaan terbukti memberikan kontribusi terhadap
kepuasan
dan ketidakpuasan kerja.
h. Kesempatan
untuk pertumbuhan dan promosi
Kesempatan
untuk pertumbuhan dan promosi berbeda-beda dalam setiap
tingkatan
ekonomi dan tingkat sosial. Seorang profesional dan eksekutif
pada
perusahaan melihat faktor ini sebagai faktor yang sangat penting.
Demikian
pula bagi karyawan pada posisi manajemen tingkat menengah
faktor
ini cukup mendapat perhatian. Kesempatan untuk dipromosikan ini
berhubungan
dengan terdapatnya kesempatan untuk maju dan yang
menjadi dasar dari
promosi tersebut.
Stoner,James A.F .1996. Manajemen edisi kedua jilid
1.Jakarta :Erlangga
Mulyono.2008.Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Munandar, A.S.2001.Psikologi Industri Dan Organisasi. UI-Press.Jakarta.